Sabtu, 14 Desember 2019

Luka dan harapan dalam kata



Ulee lhee, 5 Desember 2019. Langitnya cerah, mentarinya hangat, dan ombak memadu padan dengan semilir angin.
Cukup indah, untuk berbagi cerita, tawa, dan perjuangan di batu- batu tepian pantai. 

Penjual, nelayan, anak-anak, pasangan muda, sahabat, semuanya bersatu padu dalam aura keceriaan untuk melepas penat. Ya, karena si ombak yang menerjang pantai menyisakan alunan kedamaian.
Tapi tidak untuk 15 tahun lalu, meskipun memandang langit yang sama, tapi tidak untuk hari itu. Minggu, 26 desember 2004 lalu.
Tempatnya memang sama, matahari, dan laut yang sama, tapi tidak dengan keadaan.
Hampa...

Kenapa tidak, sebagian keluargaku menghilang di hari itu.

Iya, hilang di laut ini, minggu pagi kan?
Mereka tertipu dengan keindahan dan hangatnya mentari pagi, hingga goncangan itu pun datang.


Ketika air laut surut, tak ada yang beranjak, malah hampir semua orang  berhamburan ke pantai, "ikan" katanya.
Hingga gelombang besar itu pun kembali, pekat, ganas dan entahlah, menyapu seluruh bagian dengan kekuatannya.

Dan hari ini, setelah 2004 itu berlalu banyak kejadian yang mengajariku, yang pertama tentang mitigasi religi, istilah itu ku dapat dalam sebuah acara sosialisasi aceh tangguh bencana dan literasi di revolusi industri 4.0.

Iya, kata itu sepertinya hal utama dalam penanggulangan bencana, karena dapat meminimalisir tekanan, trauma, dan kejadian-kejadian buruk lainnya bagi korban. Intinya karena kepercayaan dan keyakinan akan Allah, iman. 

Masyarakat Aceh memang dikenal masih kental akan agama, bisa dilihat dari banyaknya dayah-dayah dan balai pengajian yang masih berdiri di Aceh pada saat ini, bahkan dari dulu sudah di juluki seramoe mekah. Mereka percaya bahwa musibah yang Allah berikan ini merupakan teguran dari Nya, dan akan ada hikmah di balik kejadian luar biasa ini. 

Mungkin karena hal itulah rumah sakit jiwa di Aceh tidak penuh pasca tsunami. Dan mitigasi religi ini harus terus ditanamkan, mengingat kemajuan teknologi di industri 4.0 ini.

Media sosial dapat diakses secara bebas, hoax, bully, dan sebagainya, dalam hal ini perlu pertahanan diri yg kuat agar tak mudah merusak psikologi seseorang, apalagi remaja yg sangat rentan.

Kedua, mitigasi literasi, hal ini juga merupakan suatu hal yang urgent di kalangan masyarakat. Hal ini bisa dipadukan dengan kearifan lokal masyarakat Simeulu dalam menghadapi tsunami, yaitu Smong. Kearifan lokal ini sangat kental dalam jiwa masyarakat Simeulu, mereka menyampaikan ke generasi muda secara turun temurun, dan hasilnya ketika tsunami 2004 lalu, Simeulu yang merupakan daerah yang dikelilingi lautan, hanya 7 orang yang meninggal dunia, itu pun 6 diantaranya masyarakat luar, selebihnya mereka berhasil menyelamatkan diri.

Oke, apa itu smong?
Smong merupakan sebuah syair atau kearifan lokal yang diciptakan oleh leluhur mereka karena kejadian tsunami pada tahun 1907 silam, yaitu:


***
Enggel mon sao curito…(Dengarlah sebuah cerita)

Inang maso semonan…(Pada zaman dahulu)
Manoknop sao fano…(Tenggelam satu desa)
Uwi lah da sesewan…(Begitulah mereka ceritakan)
Unen ne alek linon…(Diawali oleh gempa)
Fesang bakat ne mali…(Disusul ombak yang besar sekali)
Manoknop sao hampong…(Tenggelam seluruh negeri)
 Tibo-tibo mawi…(Tiba-tiba saja) 
Anga linon ne mali…(Jika gempanya kuat)
Uwek suruik sahuli…(Disusul air yang surut)
 Maheya mihawali…(Segeralah cari)
Fano me singa tenggi…(Tempat kalian yang lebih tinggi)
Ede smong kahanne…(Itulah smong namanya)
Turiang da nenekta…(Sejarah nenek moyang kita)
Miredem teher ere…(Ingatlah ini betul-betul)
Pesan dan navi da…(Pesan dan nasihatnya.


Intinya mereka terselamatkan dengan syair lewat tutur kata, tapi itu hanya sebatas masyarakat simeulu, kenapa tidak di kembangkan melalui literasi digital pada saat itu?

Baiklah, ini belum sepenuhnya terlambat, banyak hal yang bisa kita pelajari dari masa lalu. Semoga dengan budayanya masyarakat simeulu, kita bisa memanfaatkan teknologi 4.0 untuk kemudahan dalam beliterasi. Karena cakupan dalam literasi itu bisa mencapai belahan bumi yang lain hingga akhir hayat, bahkan hingga penulishnya telah tiada. Dan semoga menjadi amal jariah bagi kita semua.

***Sapariah, Saturi. 2014. Kearifan Lokal Selamatkan Warga Simeulue dari Amukan Tsunami. https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2014/12/20/kearifan-lokal-selamatkan-warga-simeulue-dari-amukan-tsunami-bagian-1/amp/. Diakses pada 14 Desember 2019



Selasa, 20 Februari 2018

First day at SMKN 1 Al Mubarkeya


           

Tanpa terasa hari ini telah menjadi seorang mahasiswa magang III atau lebih dikenal sebagai guru PPL. Rasanya baru kemaren jadi maba tapi hari ini sudah menjadi mahasiswa akhir yang hanya mengemban 2 mata kuliah yaitu Magang III dan Skripsi. Dengar-dengar sih 2 MK itu agak menyeramkan, tapi untuk sementara ini positif thinking aja dulu ya J semoga magang III ini memberikan pengalaman yang berkesan setelah semuanya berlalu dan menjadi moment yang akan dirindukan nantinya. Amin J

Oke, hari ini merupakan hari pertama kami diserahkan kepada pihak sekolah oleh dosen pembimbing, bapak Ari Palawi S.Sn; M.A P.hD. yang merupakan dosen kesenian. Acara penyerahan berlangsung secara formal di ruang dewan guru. Acara penyerahan yang singkat tapi begitu berkesan. Dalam penyerahan ini, ada beberapa tokoh yang berperan penting berlanjut hingga Magang III ini selesai. Pak Baihaqi, berperan sebagai Kepala sekolah SMKN 1 Al Mubarkeya, dalam waktu sehari ini bisa menggambarkan beliau sebagai sosok pendidik sekaligus pemimpin yang berjiwa muda dan inovatif, sangat bersahabat, dan berwibawa, ketika beliau menyampaikan pesan-pesannya seolah langsung menuju pusat hati dan pikiran untuk langsung melaksanakan sesuai dengan yang beliau pesankan. Kemudian bapak wakil kurikulum juga memberikan kata-kata arahan untuk menyambut kami, dengan jiwa pendidiknya nampak begitu disegani dan berwibawa, tapi dibalik sisi itu beliau begitu ramah dan bersahabat dengan siswanya. Kemudian untuk bapak Ari, meskipun baru sekali melihat dan bertemu dengannya karena berbeda prodi, tapi beliau seolah menunjukkan rasa akrab dan bersahabatnya, semua kondisi ini tak bisa dijabarkan dengan kata-kata, hanya saja kata-kata ini akan menjadi kunci memori yang pernah aku lakukan mungkin untuk 5 atau 10 tahun kedepan, jika aku rindu aku bisa membuka catatan memori yang aku buat hari ini.

Tidak hanya 3 orang itu, guru-guru di sekolah ini juga terlihat begitu ramah, rata-rata mereka masih muda, tentunya dengan semangat mudanya. Meskipun siswa-siswa SMK sering didengar sebagai siswa yang berwatak keras dan nakal, namun di sekolah ini seperti ada pengecualian, untuk hari ini mereka cukup memberi kesan anak baik-baik, rasa hormatnya kepada guru patut diacungi jempol,  tak juga ditemukan omongan-omongan yang tidak layak didengar maupun diucapkan baik itu pada siswa maupun pada guru, keduanya sama-sama harus bertutur dengan baik.

Sebelum penyerahan dilakukan, kami diwajibkan mengikuti upacara bendera. Upacara hari ini merupakan upacara pertama yang aku ikut setelah 3 tahun lalu semenjak lulus SMA. Mengikuti upacara hari ini terasa begitu berbeda, karena barisan tak lagi berada di terik matahari, tak lagi berseragam putih abu-abu, dan tak lagi dipantau guru. Tapi kami berdampingan dengan guru, bahkan berda dalam barisan guru, karena kami adalah calon guru yang sedang berusaha untuk menjadi guru terbaik. Rasa berbeda ini entah karena efek udah lama ngga ikut upacara atau efek apa, yang jelas rasanya begitu khidmat, rasanya begitu bermakna. Rasa haru itu seolah timbul begitu saja ketika bendera merah putih itu berkibar, seolah berkibarnya bendera itu ada di tangan kami sang pendidik muda ini. Rasanya seperti mengemban amanah besar dari pahlawan yang telah berjuang dulu untuk tetap mempertahankan kemerdekaan ini dengan memberikan pendidikan terbaik untuk generasi-generasi penerus bangsa. Insyaallah dengan segenap hati, tanggung jawab ini akan dilaksanakan.

Tidak banyak kegiatan yang kami laksanakan hari ini karena berhubung hari ini merupakan hari pertama jadi kami hanya sebatas perkenalan dengan guru, konsultasi dengan guru pamong, dan mengenal sekolah lebih dekat.

Inilah kesan spesial hari ini, kesan yang begitu spesial dan tak bisa dilupakan. Semoga sekolah ini menjadi awal diri ini untuk menjadi seorang pendidik untuk generasi penerus bangsa dan tanah air.

Minggu, 07 Januari 2018

Menulis untuk Merekam Jejak

Hai, its about my jorney, i just wanna tell you about my story, tentang sebuah cerita perjuangan yang tak akan bisa dilupakan.

Berawal dari kelas satu SMA, aku sudah mulai tertarik dengan dunia menulis, hingga aku masuk sebuah komunitas menulis,  waktu itu dikenal dengan singkatan FAM (Forum Aishiteru Menulis), di akhir tersebut pesertanya berhasil menerbitkan sebuah buku antologi cerpen bersama, setelah itu aku sempat stay di tempat dan tidak pernah melanjutkan lagi, hingga di tahun 2013, aku mencoba bangkit lagi, tapi di genre yang berbeda, yaitu di penulisan ilmiah, awalnya karena pengen ikut lomba KTR (Karya Tulis Remaja), jadi gaya penulisannya sangat berbeda dengan cerpen, tapi aku tetap ikut lomba itu, langsung dibimbing oleh guru Bahasa Indonesia, ibu Khairiyah, sampai sekarang aku masih sering komunikasi dengan beliau. Akhirnya setelah perjalanan sebulan aku menyusun makalahnya Alhamdulillah aku lulus dan berkesempatan untuk mempresentasikan hasil makalahku ke tingkat provinsi dan mendapat juara 4, waktu itu lombanya diselenggarakan oleh Astra Honda Motor Best Student tahun 2013, dan acaranya diadakan di Capella Honda Peunayong, hingga sekarang, setiap kali aku lewat jalan itu, seolah memutar memori yang pernah aku lakoni di tahun 2013. Berhubung yang dijadikan delegasi ke Nasional hanya dua orang, yaitu juara 1 dan 2, maka secara otomatis aku gugur dan sempat kecewa dengan hasil yang diumumkan oleh juri, hingga ayah berpesan “suatu saat nanti akan ada saatnya kakak ke Nasional”, dan sampai sekarang pesan ayah itu sebagai untukku dalam menulis.

Lulus dari SMA, aku melanjutkan kuliah ke Unsyiah, di FKIP Biologi, aku sempat menyesal dengan jurusan itu, dan pernah menyusun strategi untuk pindah ke kedokteran, tapi Allah berkata lain, Allah ingin mewujudkan mimpi yang dulu aku pernah tanam, dan membuktikan bahwa doa sang ayah itu benar terijabahkan, saat awal masa orientasi kampus, aku di ajak bergabung dalam Tim PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa) dengan kakak angkatan, kompetisi ini menuntut kami untuk menulis ilmiah dan melakukan penelitian. Berhubung judul Proposalnya adalah “bakteri fermentor pada fermentasi Pliek u” jadi hampir 4 bulan, kami bertugas di Laboratorium untuk penelitian dan menyusun full artikelnya. Setiap perjuangan akhirnya terlewati, tahap pertahap pun berlalu, mulai dari penyusunan proposal, monev, dan akhirnya pengumuman PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) yang begitu ditunggu-tunggu tiba, akhirnya tim dari FKIP Biologi lulus ke Nasional, untuk mempresentasikan hasil karyanya, saat melihat pengumuman itu, rasa haru luar biasa tak bisa diungkapkan, teringat kembali dengan ungkapan sang ayah, bahwa “akan ada saat yang tepat untuk kakak” ke nasional. Tim Pliek u pun ke Kendari, Sulawesi Tenggara. Itulah kali pertama aku merasakan naik pesawat, tanpa ada sepeser pun uang yang keluar, penelitian kami dibiayai, tiket PP, akomodasi, uang jajan, semuanya ditanggung, dan kami berangkat dengan rasa penuh kebanggan di hati seluruh dosen, kawan, dan orang tua tercinta, rasa bahagia itu sungguh tak dapat diungkapkan.

Kemudian dipenghujung 2017, aku juga mengikuti LKTM (lomba karya tulis kemaritiman) yang diadakan oleh universitas Hasanuddin, Makassar. Juga berada dipulau sulawesi, tepatnya sulawesi selatan. Alhamdulillah aku lulus sebagai finalis dan berkesempatan untuk mempresentasikan karya kesana, lagi-lagi keberangkatan ini ditanggung oleh dosen jurusan, dan tak perlu mengeluarkan dana besar untuk bisa terbang jauh dari pulau sumatera ke pulau sulawesi disana, dan alhamdulillah aku dan tim berhasil membawa pulang piala juara favorit ke kampus, yang paling aku ingat sampai sekarang adalah ekspresi orang tua ketika mendengar anaknya menang, aku mendengar umi menangis terharu dengan hasil yang telah anaknya peroleh, betapa aku ingin terus membahagiakan mereka dengan hasil prestasi lewat menulis, walaupun hal itu tak dapat membalas semua jasa yang telah mereka berikan. You are my love, umi, ayah.

Sejak itu, aku yakin dengan menulis aku bisa terbang kemanapun aku mau, dan dengan menulis aku bisa mengenang kisah perjalanan yang pernah aku lewati,
wassalam





Senin, 25 Desember 2017

Berkunjung ke Kerajaan kupu-kupu di Taman Nasional Bantimurung, Sulawesi Selatan

Tim Universitas Syiah kuala dan Universitas Brawijaya
Welcome to Bantimurung :)
Alhamdulillah, Allah telah memberikan kesempatan untuk berpijak kembali di pulau Sulawesi untuk kedua kalinya, setelah tahun 2014 ke Kendari, Sulawesi Tenggara. walaupun berbeda tahun dan berbeda arahnya, tapi tetap karena satu alasan, yaitu karena mengikuti event Karya Tulis Ilmiah. Kali pertama merupakan kesempatan mengikuti PIMNAS 28 di Universitas Halu Oleo, dan kali ini merupakan undangan sebagai finalis LKTM (Lomba Karya Tulis Kemaritiman) di Universitas Hasanuddin. Lomba yang hanya dilaksanakan selama dua hari, hanya memfasilitasi field trip ke Pantai Lossari, rasanya belum puas ya, karena sudah jauh-jauh dari Aceh tapi tidak sempat meikmati objek wisata lainnya, soo saya dan rekan nekat jalan-jalan ke tempat wisata di Sulawesi selatan ini dengan memesan kendaraan sendiri dan tentunya di temani LO sebagai guide dalam perjalanan kami. Btw kami dapat juara favorit lho di LKTM ini, jadi ada modal tambahan untuk jalan-jalan, hehe.

Oke, fokus ke Bantimurungnya ya, jadi foto diatas merupakan gardu selamat datang di Taman Nasional itu, ikon paling menarik di bantimurung adalah penangkaran kupu-kupunya. tempat ini merupakan sebuah Taman Nasional yang terletak di Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Taman Nasional dengan luas mencapai ± 43.750 Ha, memiliki berbagai keunikan tersendiri selain kupu-kupunya. Kita ulas satu-satu ya.

Ketika memasuki gerbang TN Bantimurung, kamu akan langsung dihinggapi rasa galau, kemanakah kaki harus melangkah duluan? (hehe, agak sedikit lebay) karena faktanya memang benar, disegala sisi TN ini memiliki keunikan dan arsitektur alami yang akan menarik segala perhatian kamu, di sisi kiri jalan, kamu akan menemukan aliran sungai yang berasal dari air terjun, diperbatasan temboknya, sesekali kamu dapat melihat si monyet (Tarsius sp) lucu sedang bercengkrama dengan sesamanya, ketika kamu melihat ke atas, kamu akan menikmati kanopi-kanopi dari rindangnya pepohonan, ditambah dengan pantulan birunya langit. memandang ke sisi kiri, kamu akan dimanjakan dengan hilir sungai yang bebatuan, jembatan kecil yang menghubungkan ke sisi sungai lainnya terdapat pondok-pondok minimalis untuk beristirahat, tak hanya itu kamu akan menikmati perkasanya gua-gua karst yang menjulang tinggi. jika kamu lurus kedepan kamu akan mendapati sumber air terjun yang begitu mempesona, keindahan ini dilengkapi dengan atraksi burung-burung kecil indah yang terbang bergerombolan di udara, gemerciknya air terjun, dan kicauan burung-burung kecil berwarna biru sungguh memanjakan mood, dan recomended banget untuk tujuan rekreasi.


Di kawasan taman nasional ini kamu akan banyak menemukan bangunan-bangunan seperti batuan-batuan karst, di lokasi ini saja terdapat beberapa goa yang terbentuk dari batuan-batuan karst, salah satunya ada goa mimpi, yang kata guidenya, konon goa ini ditemukannya di dalam mimpi gubernur Marosnya, jadi di dalam gua mimpi tersebut kamu dapat melihat batu yang menyerupai beberapa bentuk, di gua tersebut juga terdapat sebuah kuburan, yang diperkirakan kuburan raja Maros pada masa lalu. Untuk menaiki gua tersebut cukup membayar 50 ribu untuk sewa senter besar, karena kondisi di dalam gua yang sangat gelap, gua ini juga dikatakan  gua jodoh, karena siapapun yang membawa pasangannya kesini bisa berjodoh selamanya, itulah mitos yang beredar dimasyarakat Maros, tapi sayang saya tidak sempat menulusuri keindahan gua tersebut, karena keterbatasan waktu. Disisi kanan ketika kembali, kita bisa menemukan sebuah bangunan seperti mesjid yang terbuat dari bebatuan, jadi bentuknya cukup unik dan menarik.

Nah, disini juga disediakan tempat penginapan, berhubung ikon menarik disini adalah kupu-kupu, jadi hampir semua sisi Taman Nasional terdapat replika kupu-kupunya, termasuk Hotel Butterfly, hotel ini berlokasi tepat di tengah Kawasan Taman Nasional, tentunya kamu bisa menikmati segala keindahan yang ditawarkan taman nasional ini.

Oke, sekarang kita beralih ke penangkaran kupu-kupunya, ditempat ini kamu akan melihat segala jenis kupu-kupunya, juga kamu bisa melihat larvanya, pokoknya kamu akan mendapatkan full education tentang kupu-kupunya hanya dengan membayar seikhlasnya untuk si bapak guide yang mengurusi penangkaran kupu-kupu ini. 

Ditempat ini kita akan menyaksikan berbagai atraksi kupu-kupu, jenisnya sangat beragam dengan keunikan dan keindahan yang begitu menawan.

Jika ingin berfoto dengan sikupu-kupu juga sangat mudah, tinggal bergaya dan "cekrek". semua kupu-kupu dalam penangkaran ini sangat jinak dan bersahabat, jadi tidak perlu risau jika ingin menyentuhnya langsung. Penjaga penangkarang kupu-kupu ini juga menambahkan cairan gula di dalam setiap rumah penangkaran, cairan gula itu akan dihinggapi si kupu-kupu dengan sendirinya.

Penangkaran kupu-kupi di Taman Nasional Bantimurung, tak hanya dijadikan sebagai tempat wisata dan perlindungan alam oleh pemerintahnya, tapi juga merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat Bantimurung, betapa tidak, kupu-kupu penangkaran ini merupakan aset berharga bagi masyarakat untuk dijadikan awetaan dalam berbagai bentuk, baik gantungan kunci ataupun hiasan dinding. 
Masyarakat dan pemerintah Maros tentunya sudah mengatur rencana dengan begitu baik, sehingga kupu-kupu yang dibudidaya ini tidak akan habis dieksploitasi semua oleh masyarakat, akan tetapi untuk dijadikan berbagai kreativitas, masyarakat memiliki tempat budidaya khusus, walaupun mengacu kepada ekonomi tetapi tetap peduli dengan biodiversitas dan konservasi.
wassalam.

Kamis, 16 November 2017

Respon Tanaman Terhadap Kekurangan Air

Hasil gambar untuk tanaman kekeringan
Kekeringan merupakan suatu kondisi kekurangan pasokan air dalam tanah, bisa disebabkan karena cuaca panas terus menerus atau curah hujan di bawah rata-rata. Keadaan demikian mengharuskan makhluk hidup untuk mampu beradaptasi agar tercukupinya kebutuhan air dan metabolisme tetap berjalan. Begitu halnya dengan tumbuhan, meskipun tidak bisa berpindah secara leluasa seperti hewan, tumbuhan tetap memiliki cara tersendiri untuk bertahan dalam kondisi kekeringan. Kondisi kekeringan atau kekurangan air desebut juga dengan defisit air, pada tumbuhan istilah ini ditunjukkan dengan banyaknya air dalam jaringan yang hilang dibandingkan dengan kandungan air pada kondisi turgor penuh. Semakin besar defisit air semakin rendah air yang tersedia untuk metabolisme.[3]

Defisit air berasosiasi dengan beberapa proses fisiologi yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman hingga akhirnya apabila tumbuhan tidak dapat lagi menjalankan fisiologinya dengan baik, maka dapat menyebabkan kematian. [1] Setiap tumbuhan memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi stres akibat kekeringan atau defisit air. Secara umum tumbuhan memiliki dua cara untuk mempertahankan diri dalam kondisi defisit air, mekanisme pertahanannya berupa: 1) menghindari kekeringan (drought avoidance) yaitu, tanaman mempertahankan status air dalam jaringan agar  metabolisme tetap berjalan; dan 2) toleransi terhadap kekeringan (drought tolerance): tanaman tetap dapat melangsungkan metabolismenya pada kondisi status air yang rendah. [3]

Pengaruh cekaman kekeringan pada setiap tanaman berbeda-beda. Tanaman yang melakukan mekanisme toleransi terhadap kekeringan, memiliki tingkat toleransi yang berbeda pula, bahkan ditingkat varietas.  Sehingga efek dari defisit air juga dilihat dari varietas tanaman, besar dan lamanya cekaman, dan masa pertumbuhan tanaman. Karakter morfologi atau fenotipik yang umum         untuk menduga tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat diketahui   dengan            mengamati perkembangan perakaran yang dapat digunakan untuk membedakan tanaman yang tahan atau tanaman yang peka. [1]

Kekurangan air pada tanaman akan dapat menghambat pembentukan dan perkembangan sel sehingga menyebabkan pertumbuhan akar tanaman terhambat dan penyebaran akar relatif sempit akibatnya absorbsi air dan unsur hara menurun sehinggga metabolisme karbohidrat, protein dan zat pengatur tumbuh terganggu dan akhirnya tanaman menjadi kerdil. [2]

Selain akibat dari keterbatasan air tanah, akumulasi zat tertentu juga bisa menyebabkan tanaman seperti berada dalam kondisi defisit air. Seperti akumulasi zat  Aluminium (Al), menyebabkan gangguan pada proses penyerapan air tanah melalui akar, karena zat Al terakumulasi di bagian akar sehingga mempengaruhi proses penyerapan air oleh pembuluh pengangkut. Selain itu kekurangan air juga menyebabkan terhambatnya perpanjangan dan perkembangan sel akar serta adanya pengaruh tidak langsung terhadap ketersediaan hara melalui pembentukan kompleks-Al,     kompetisi hara mineral dan penutupan “binding site”. [2]

Respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler seperti perubahan pada pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan ekspresi gen. Cekaman kekeringan dari tingkat paling ringan sampai paling berat mempengaruhi proses-proses biokimia yang berlangsung dalam sel. Kekeringan mempengaruhi reaksi-reaksi biokimia fotosintesis, sehingga laju fotosintesis menurun. Salah satu aspek fotosintesis yang sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan, termasuk cekaman tingkat ringan, ialah biosintesis klorofil, di samping itu pembentukan protoklorofil terhambat pada potensial air sedikit di bawah 0 atm.

Beberapa hal yang bisa diukur pada tumbuhan yang sedang beradaptasi dengan defisit air yaitu adar air daun (KAD), yang menggambarkan jumlah air yang tersimpan dalam tajuk (status air tanaman). Kandungan air daun semakin menurun dengan semakin rendahnya kandungan air media (dalam hal ini tanah). Keadaan ini tidak dipengaruhi oleh genotip suatu tanaman, karena kandungan air daun genotip apapun tetap akan menurun jika kandungan air tanahnya rendah. [3]

Berbeda dengan penurunan jumlah air yang tersimpan pada tajuk, hal ini dipengaruhi oleh genotip suatu tanaman. Tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan relatif lebih rendah penurunan jumlah air yang tersimpan dalam tajuk dibandingkan tanaman yang kurang toleran. Perlu diingat tingkat toleransi suatu tanaman dipengaruhi oleh genotip. [3]

Adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan yang lain adalah menambah ketebalan daun, karena akan semakin tebal lapisan kutikula yang dapat menghambat kehilangan air. Luas daun spesifik (LDS) dapat digunakan untuk memperkirakan ketebalan daun, semakin rendah luas daun maka daun akan semakin tebal. [3]

Pertumbuhan tanaman yang melambat, juga merupakan respon tumbuhan terhadap stres defisit air, lebih lagi pada saat perkecambahan biji, bisa jadi biji gagal berkecambah karena hal tersebut. Pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan berat kering tajuk tumbuhan tersebut, semakin rendah berat keringnya maka semakin rendah kandungan air media/tanah disekeliling tumbuhan tersebut. Berbeda dengan tanaman yang kelimpahan air/ tidak mengalami defisit air, maka berat tajuk tumbuhan tersebut semakin tinggi, dan pertumbuhannya pun cepat. [3]

Berat kering akar menggambarkan kemampuan tanaman dalam menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam proses metabolisme. Tanaman dengan berat kering akar lebih tinggimempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mendapatkan air pada saat tercekam kekeringan. Berat kering akar yang rendah berkaitan dengan berat kering tajuk yang rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhan tumbuhan yang terus melambat. [3]

Kemudian mekanisme adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan untuk mempertahankan status air tetap tinggi adalah dengan mengembangkan perakaran, hal ini dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam mengabsorbsi air. Peningkatan sistem perakaran umumnya diikuti dengan penurunan pertumbuhan tajuk. Tanaman yang lebih mengutamakan pertumbuhan akar daripada tajuknya mempunyai kemampuan lebih baik untuk bertahan pada kondisi kekeringan. [3]

Panjang akar berkaitan dengan ketahanan tanaman  pada saat tercekam kekeringan. Tanaman pada kondisi tercekam kekeringan akan cenderung memperpanjang akarnya sampai ke lapisan tanah yang tersedia cukup air. Pertumbuhan akar kuarter yang seimbang dengan pertumbuhan akar primer, sekunder dan tersier. Oleh karena itu semakin besar volume akar akan semakin banyak akar kuarter. Contohnya pada kelapa sawit, akar kuarter pada tanaman kelapa sawit berperan penting dalam mengabsorbsi unsur hara dan air, sehingga tanaman yang mempunyai volume akar tinggi akan mampu mengabsorbsi air lebih banyak, dan mampu bertahan dalam kondisi kekeringan. [3]

Referensi
[1] Hanum, C., Wahyu Q. Mugnisjah, Sudirman Yahya, Didi Sopandy, Komarudin Idris, Dan Asmarlaili Sahar. 2007. Pertumbuhan Akar Kedelai Pada Cekaman Aluminium, Kekeringan Dan Cekaman Ganda Aluminium Dan Kekeringan. Agritrop,  26 (1) : 13 - 18  (2007
[2] Karti, P. D. M. H. 2004. Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Setaria Splendida Stapf Yang Mengalami Cekaman Kekeringan. Jurnal Media Peternakan,  Vol. 27 N0. 2 , Hlm. 63-68 Issn 0126-0472
[3] Palupi, E.R., Dan Yopy Dedywiryanto. 2008. Kajian Karakter Ketahanan Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Beberapa Genotipe Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Bul. Agron. (36) (1) 24 – 32.
[4] Nio Song A. 2011. Biomassa Dan Kandungan Klorofil Total Daun Jahe (Zingiber Officinale L.) Yang Mengalami Cekaman Kekeringan. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 1



Senin, 18 September 2017

Usia Bukanlah Alasan


            Kita seringkali mendengar ungkapan “belajar di waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu dan belajar diwaktu besar bagaikan menulis di atas air” ungkapan ini maksudnya ketika kita belajar di saat kecil apapun yang kita pelajari akan mudah kita serap, karena belum banyak tanggung jawab yang kita emban, saat itu kita hanya bertanggung jawab dengan perintah orang tua, yaitu belajar dan belajar. Namun apa yang terjadi bila kita belajar saat dewasa, sebenarnya itu bukanlah masalah, karena Rasulullah juga pernah bersabda “tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahad” walaupun kita sudah tua kita tetap diwajibkan menuntut ilmu, lebih-lebih ilmu agama, tapi saat dewasa kita sudah memiliki berbagai tanggung jawab, keluarga, anak-anak, masyarakat, pekerjaan, dan lain sebagainya, sehingga sering kali kewajiban belajar itu terabaikan, dan karena banyaknya tanggung jawab yang dipikirkan, ilmu yang sudah dipelajari pun kadangkala terlupakan.
    
Satu kebanggan besar dalam diri saya dan Kawan-kawan ketika ditempatkan KKN di sebuah desa di kabupaten Aceh Tengah, yaitu Desa Bukit Rata, Kecamatan Kute Panang, semangat belajar masyarakat menunjukkan betapa hausnya mereka akan ilmu agama, meskipun mereka sudah berumur lanjut, namun semangatnya tetap sama, desa tersebut memang mayoritas anak-anak dan orang dewasa, remaja hanya berkisar belasan orang. Antusias belajar mereka ditunjukkan dari inisiatif pihak masyarakat untuk mengontrak ustad dari desa lain bahkan ada dari kabuaten lain, seperti dari Aceh Timur, hal ini dilakukan kerena tidak adanya masyarakat yang bisa mengajar ilmu agama di desa tersebut.
Pengajian fardhu ‘ain berjalan cukup aktif, rutin dilaksanakan selesai shalat magrib dan subuh, khusus malam rabunya sampai jam 12 malam. Selain itu juga ada pengajian khusus ibu-ibu setiap hari jumat pagi dan setelah asar. Beberapa kitab yang sering mereka kaji adalah kitab Fardhu ‘ain, kifayatul mubtadi, dan Shirathal mustaqim.
Selain pengajian rutin, sebagian masyarakat juga mengundang ustadz untuk mengajar di rumah masing-masing atau pengajian privat.  Keberadaan kami sebulan KKN di bukit rata sangat menginspirasi, semangat belajar ilmu agama masyarakat begitu besar dan sangat patut untuk dicontoh.



Selasa, 11 Juli 2017

Tentang kalian

Berlalunya lebaran idul fitri meninggalkan kesan hangatnya silaturrahmi, berkunjung ke rumah-rumah saudara dan kerabat, saling meluapkan kerinduan, rindu untuk berbagi dan rindu untuk bermanja dengan keluarga, apalagi yang telah lama merantau untuk memperdalam ilmu ataupun bekerja, moment lebaran merupakan waktu yang sangat tepat untuk melepaskan rindu.
Selain bersilaturrahmi, moment untuk berekreasi juga sangat di tunggu-tunggu, apalagi untuk anak-anak.
 Salah satu pilihan tempat rekreasi yang saya tentukan bersama keluarga bertempat di batee iliek, kecerian bermain air dengan adik-adik membuat saya seolah mengulang masa kecil yang hanya dibebani pr matematika, saat bermain dengan saya pun menjadi bagian dari mereka.
Semoga liburan kedepannya rekreasi seperti ini tetap terlaksana untuk menambah kehangatan keluarga