Kamis, 16 November 2017

Respon Tanaman Terhadap Kekurangan Air

Hasil gambar untuk tanaman kekeringan
Kekeringan merupakan suatu kondisi kekurangan pasokan air dalam tanah, bisa disebabkan karena cuaca panas terus menerus atau curah hujan di bawah rata-rata. Keadaan demikian mengharuskan makhluk hidup untuk mampu beradaptasi agar tercukupinya kebutuhan air dan metabolisme tetap berjalan. Begitu halnya dengan tumbuhan, meskipun tidak bisa berpindah secara leluasa seperti hewan, tumbuhan tetap memiliki cara tersendiri untuk bertahan dalam kondisi kekeringan. Kondisi kekeringan atau kekurangan air desebut juga dengan defisit air, pada tumbuhan istilah ini ditunjukkan dengan banyaknya air dalam jaringan yang hilang dibandingkan dengan kandungan air pada kondisi turgor penuh. Semakin besar defisit air semakin rendah air yang tersedia untuk metabolisme.[3]

Defisit air berasosiasi dengan beberapa proses fisiologi yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman hingga akhirnya apabila tumbuhan tidak dapat lagi menjalankan fisiologinya dengan baik, maka dapat menyebabkan kematian. [1] Setiap tumbuhan memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi stres akibat kekeringan atau defisit air. Secara umum tumbuhan memiliki dua cara untuk mempertahankan diri dalam kondisi defisit air, mekanisme pertahanannya berupa: 1) menghindari kekeringan (drought avoidance) yaitu, tanaman mempertahankan status air dalam jaringan agar  metabolisme tetap berjalan; dan 2) toleransi terhadap kekeringan (drought tolerance): tanaman tetap dapat melangsungkan metabolismenya pada kondisi status air yang rendah. [3]

Pengaruh cekaman kekeringan pada setiap tanaman berbeda-beda. Tanaman yang melakukan mekanisme toleransi terhadap kekeringan, memiliki tingkat toleransi yang berbeda pula, bahkan ditingkat varietas.  Sehingga efek dari defisit air juga dilihat dari varietas tanaman, besar dan lamanya cekaman, dan masa pertumbuhan tanaman. Karakter morfologi atau fenotipik yang umum         untuk menduga tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat diketahui   dengan            mengamati perkembangan perakaran yang dapat digunakan untuk membedakan tanaman yang tahan atau tanaman yang peka. [1]

Kekurangan air pada tanaman akan dapat menghambat pembentukan dan perkembangan sel sehingga menyebabkan pertumbuhan akar tanaman terhambat dan penyebaran akar relatif sempit akibatnya absorbsi air dan unsur hara menurun sehinggga metabolisme karbohidrat, protein dan zat pengatur tumbuh terganggu dan akhirnya tanaman menjadi kerdil. [2]

Selain akibat dari keterbatasan air tanah, akumulasi zat tertentu juga bisa menyebabkan tanaman seperti berada dalam kondisi defisit air. Seperti akumulasi zat  Aluminium (Al), menyebabkan gangguan pada proses penyerapan air tanah melalui akar, karena zat Al terakumulasi di bagian akar sehingga mempengaruhi proses penyerapan air oleh pembuluh pengangkut. Selain itu kekurangan air juga menyebabkan terhambatnya perpanjangan dan perkembangan sel akar serta adanya pengaruh tidak langsung terhadap ketersediaan hara melalui pembentukan kompleks-Al,     kompetisi hara mineral dan penutupan “binding site”. [2]

Respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler seperti perubahan pada pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan ekspresi gen. Cekaman kekeringan dari tingkat paling ringan sampai paling berat mempengaruhi proses-proses biokimia yang berlangsung dalam sel. Kekeringan mempengaruhi reaksi-reaksi biokimia fotosintesis, sehingga laju fotosintesis menurun. Salah satu aspek fotosintesis yang sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan, termasuk cekaman tingkat ringan, ialah biosintesis klorofil, di samping itu pembentukan protoklorofil terhambat pada potensial air sedikit di bawah 0 atm.

Beberapa hal yang bisa diukur pada tumbuhan yang sedang beradaptasi dengan defisit air yaitu adar air daun (KAD), yang menggambarkan jumlah air yang tersimpan dalam tajuk (status air tanaman). Kandungan air daun semakin menurun dengan semakin rendahnya kandungan air media (dalam hal ini tanah). Keadaan ini tidak dipengaruhi oleh genotip suatu tanaman, karena kandungan air daun genotip apapun tetap akan menurun jika kandungan air tanahnya rendah. [3]

Berbeda dengan penurunan jumlah air yang tersimpan pada tajuk, hal ini dipengaruhi oleh genotip suatu tanaman. Tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan relatif lebih rendah penurunan jumlah air yang tersimpan dalam tajuk dibandingkan tanaman yang kurang toleran. Perlu diingat tingkat toleransi suatu tanaman dipengaruhi oleh genotip. [3]

Adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan yang lain adalah menambah ketebalan daun, karena akan semakin tebal lapisan kutikula yang dapat menghambat kehilangan air. Luas daun spesifik (LDS) dapat digunakan untuk memperkirakan ketebalan daun, semakin rendah luas daun maka daun akan semakin tebal. [3]

Pertumbuhan tanaman yang melambat, juga merupakan respon tumbuhan terhadap stres defisit air, lebih lagi pada saat perkecambahan biji, bisa jadi biji gagal berkecambah karena hal tersebut. Pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan berat kering tajuk tumbuhan tersebut, semakin rendah berat keringnya maka semakin rendah kandungan air media/tanah disekeliling tumbuhan tersebut. Berbeda dengan tanaman yang kelimpahan air/ tidak mengalami defisit air, maka berat tajuk tumbuhan tersebut semakin tinggi, dan pertumbuhannya pun cepat. [3]

Berat kering akar menggambarkan kemampuan tanaman dalam menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam proses metabolisme. Tanaman dengan berat kering akar lebih tinggimempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mendapatkan air pada saat tercekam kekeringan. Berat kering akar yang rendah berkaitan dengan berat kering tajuk yang rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhan tumbuhan yang terus melambat. [3]

Kemudian mekanisme adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan untuk mempertahankan status air tetap tinggi adalah dengan mengembangkan perakaran, hal ini dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam mengabsorbsi air. Peningkatan sistem perakaran umumnya diikuti dengan penurunan pertumbuhan tajuk. Tanaman yang lebih mengutamakan pertumbuhan akar daripada tajuknya mempunyai kemampuan lebih baik untuk bertahan pada kondisi kekeringan. [3]

Panjang akar berkaitan dengan ketahanan tanaman  pada saat tercekam kekeringan. Tanaman pada kondisi tercekam kekeringan akan cenderung memperpanjang akarnya sampai ke lapisan tanah yang tersedia cukup air. Pertumbuhan akar kuarter yang seimbang dengan pertumbuhan akar primer, sekunder dan tersier. Oleh karena itu semakin besar volume akar akan semakin banyak akar kuarter. Contohnya pada kelapa sawit, akar kuarter pada tanaman kelapa sawit berperan penting dalam mengabsorbsi unsur hara dan air, sehingga tanaman yang mempunyai volume akar tinggi akan mampu mengabsorbsi air lebih banyak, dan mampu bertahan dalam kondisi kekeringan. [3]

Referensi
[1] Hanum, C., Wahyu Q. Mugnisjah, Sudirman Yahya, Didi Sopandy, Komarudin Idris, Dan Asmarlaili Sahar. 2007. Pertumbuhan Akar Kedelai Pada Cekaman Aluminium, Kekeringan Dan Cekaman Ganda Aluminium Dan Kekeringan. Agritrop,  26 (1) : 13 - 18  (2007
[2] Karti, P. D. M. H. 2004. Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Setaria Splendida Stapf Yang Mengalami Cekaman Kekeringan. Jurnal Media Peternakan,  Vol. 27 N0. 2 , Hlm. 63-68 Issn 0126-0472
[3] Palupi, E.R., Dan Yopy Dedywiryanto. 2008. Kajian Karakter Ketahanan Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Beberapa Genotipe Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Bul. Agron. (36) (1) 24 – 32.
[4] Nio Song A. 2011. Biomassa Dan Kandungan Klorofil Total Daun Jahe (Zingiber Officinale L.) Yang Mengalami Cekaman Kekeringan. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 1